• Selfie bareng tokoh terkenal

    Feel the glamour and experience exclusively at Madame Tussauds Singapore Update 15 July 2017

  • Selfie bareng tokoh terkenal

    Feel the glamour and experience exclusively at Madame Tussauds Singapore Update 15 July 2017

  • Selfie bareng tokoh terkenal

    Feel the glamour and experience exclusively at Madame Tussauds Singapore Update 15 July 2017

29.5.17

Sate Klopo "Ondomohen", Kuliner Khas Kota Pahlawan

Surabaya !? Kota besar di Jawa Timur yang menyimpan banyak sejarah dan tempat wisata unik. Tapi kali ini gue bukan mau cerita tentang sejarah atau pun tempat wisata di Surabaya. Meski banyak tempat wisata seperti Tugu Pahlawan, Kenjeran Park, Monumen Kapal Selam dan banyak lagi deh yang menarik perhatian. Gue mau bahas mengenai wisata kuliner kota Surabaya.

Kuliner khas kota Pahlawan ini terletak di jalan Ondomohen. Mungkin bagi yang bukan orang Surabaya agak bingung dengan kata tersebut. Ondomohen !? Nang endi ? Namun bagi warga asli Surabaya sudah tak bingung lagi. Ondomohen adalah salah satu nama jalan di Surabaya yang sudah berganti nama menjadi jalan Walikota Mustajab. Gak perlu susah-susah untuk menemukan jalan ini. Cukup ikutilah arah petunjuk jalan menuju Balai Kota atau Stasiun Gubeng Baru. Sobat Cireng pasti melewati jalan ini.
Tampak depan lokasi Sate Klopo Ondomohen
Cobalah mampir ke Sate Klopo Ondomohen. Hanya satu-satunya karena gak buka cabang loh !? Soalnya gak ada cabang, terkadang Sate Klopo Ondomohen sangat ramai dikunjungi. Ada beberapa pilihan sate dimulai dari sapi, ayam, udang, sum-sum dan usus. Kelapa yang sudah disangrai diberi bumbu lalu dicampur dengan daging dan dibakar. Setelah matang akan dihidangkan dengan bumbu sate pada umumnya yaitu bumbu kacang dengan irisan bawang dan cabe merah (bukan cabe-cabean). Yang membedakan dengan sate pada umumnya, yaitu daging sate yang dipotong gedhe-gedhe dan tekstur yang lembut serta gurih.
Tempat pesan dan bayar sate
Sate Klopo Ondomohen ini didirikan oleh Ibu Asih yang sekarang sudah lanjut usia. Saat gue kesana, yang gue dapat adalah suasana yang kental dengan Madura (banyak yang ngomong Madura), memang sate Madura terkenal enak loh. Selain itu di sekitar dinding juga banyak foto Ibu Asih dengan pelanggan selebritis. Gue kira cuman narsis doang. Sama kayak author #Sama-SamaNarsis. Untuk harga sate sendiri waktu gue kesana, gue pesan sate ayam 5 tusuk, sate daging 5 tusuk, nasi dan es teh menghabiskan 35 ribu. Jadi kesimpulan gue, satu porsi sate (10 tusuk) sekitar 20  ribu sampai 25 ribuan. Lumayanlah kalo dibilang makan di kota besar, masih tergolong harga rata-rata.


So, kapan mau kesini sobat  Cireng. Jika sobat nanti berkunjung ke Surabaya entah untuk liburan atau acara lainnya. Jangan lupa mampir ke kedai Sate Klopo Ondomohen ya.
Lezatnya sampai termehek-mehek

Salam Travel,
N.B Sudah lama gak update ya. Jadi gini gue baru beli kamera DSLR tapi gak ada USB jadi sekarang masih berusaha nyari USB-nya di sekitar Surabaya. Emang gue rada gaptek, tapi jangan lupa tunggu terus update blog gue ya.

20.5.17

Wisata Murah di Jombang

Bingungkah Anda kalo pas hari Minggu, gak ada duit tapi pengen jalan-jalan ? Padahal belum gajian dan kantong lagi kempes. Gak perlu bingung, banyak kok nyatanya tempat wisata yang murah. Salah satunya ada di Jombang. Mana tuh ? Mungkin bagi yang berdomisili luar Jawa Timur agak confused. Gue aja dulu ngira kalo Jombang ini Jawa Tengah. Haha....efek sering nyontek pas pelajaran geografi kali ya. Jombang sendiri berbatasan dengan kabupaten Mojokerto di timur, kabupaten Lamongan di utara, kabupaten Nganjuk di Barat, dan kabupaten Kediri di selatan.

Kalo sudah tau, gue lanjutin, kalo belum buka map dulu deh. Kabupaten Jombang memiliki taman yang sering digunakan masyarakat untuk menghabiskan waktu luang. Namanya taman Keplaksari  yang terletak di kecamatan Peterongan. Cukup mudah diakses karena terletak di jalan raya nasional, di DEPAN-nya terminal kota Jombang. Jadi yang kesini naik bis bisa turun di terminal dan tinggal jalan sedikit sudah sampai kok.

Pemandangan taman Keplaksari ini begitu asri loh. Juga ada sungai kecil di tengah taman yang semakin menambah kesan asri. Hmmm... gue coba kasih tata letak taman ini ya.
  • Depan ada tulisan taman Keplaksari, pas gue kesana malam hari jadi ada lampunya nyala menambah kesan elegan loh.
  • Kanan tulisan taman Keplaksari ada model pesawat terbang. Ngeng....cocok buat selfie.
  • Belakang kapal terbang ada tempat jualan makanan dan parkiran, disana ada logo G besar. (Menurut gue logonya Google)
  • Lorong dari parkiran-taman ada lorong cinta.

  • Sebelah kiri tulisan taman Keplaksari ada kebun binatang !? Loh...bukan binatang asli tapi binatang yang terbuat dari barang-barang bekas. Unik loh !? Boleh diapresiasi dan tentunya selfie.
  • Belakang "kebun binatang" ada tempat skater dengan gambar rural.
  • Dekat situ ada toilet yang dimodifikasi unik, pintunya setengah lingkaran.
  • Jalan terus ke belakang toilet ada kolam kecil dan gazebo untuk beristirahat. Pas malam hari di kolam sendiri ada air mancur kecil yang menyala loh.

  • Belakang taman ini merupakan terminal kota Jombang.
  • Lainnya yang ada di taman ini seperti sungai kecil yang membelah tengah taman.
Bagi yang bingung cari wisata murah sekitar Jawa Timur apalagi mau ngajak berlibur keluarga, bisa mampir ke sini. Selain wisata taman ini bisa dijadikan untuk taman edukasi juga loh cocok untuk anak kecil. Hmmm...atau mungkin nyari tempat pacaran yang murah biayanya mungkin taman ini bisa juga jadi rekomendasi. Bagi yang jomblo narsis tapi kere bisa juga ke sini sekedar selfie, soalnya masuknya gratis...tis...tis... Siapapun boleh berkunjung ke sini, tapi jangan lupa terus ikuti blog gue ya. See you next time....


Salam Travel,
N.B Gue ke taman Keplaksari pas malam hari jadinya foto agak kurang maksimal, tapi malam hari juga memberi pesona tersendiri loh. Misalnya air mancur warna-warni, kalo siang gak bagus kan !?


19.5.17

Berkunjung ke Kediri


Kediri ? Mungkin jika mendengar kata tersebut pikiran kita melayang pada tahu. Memang kota Kediri identik dengan tahu maka dari itu Kediri sendiri dijuluki sebagai kota tahu. Namun, bukan hanya tahu loh. Banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Ini pengalaman gue waktu mengunjungi Kediri dengan menggunakan kendaraan umum.

Memang di tempat gue kerja banyak bis lalu lalang, dikarenakan jalan bypass umum kali ya. Dari bis jurusan Solo, Yogyakarta, hingga Tulungagung. Banyak pokoke. Gue penasaran pergi ke Kediri waktu itu, soalnya menurut info tempat wisatanya bisa diakses dengan angkutan umum. Tempat tujuan gue ke Kediri ialah goa Selomangleng. Jadi ada 2 bis yang bisa dinaiki, yang biasanya ramai PO Harapan Jaya dengan armada bis yang banyak, yang satunya kalo gak salah PO Sumber Selamat. Setelah sampai kota Kediri hati-hati ya, bukalah google map. Minta turun di lampu merah perempatan jalan Veteran dan jalan Selomangleng. Hanya 20 rebu kok tiket bis Surabaya-Kediri. Setelah turun dari bis gue tolah-toleh kok gak onok lyn lewat. Akhirnya gue jalan kaki (bodohnya gue), setelah separuh jalan barulah ada lyn lewat arah goa Selomangleng. Mestinya gue sabar ya !? Tapi karena sudah separuh ya gue terusin, daripada bayar 2x soalnya ada rencana untuk mengunjungi taman bunga matahari. Jarang ada lyn di Kediri dikarenakan lyn sepi penumpang, saran gue kalo gak mau jalan kaki, pas nunggu lyn yang sabar ya boss (hanya 4 rebu kok) ! Sesampainya di taman bunga matahari kok gue menyaksikan bunga matahari yang unik !? Warnanya hitam, gosong semua !? Mungkin terlalu lama di wajan jadinya gosong. Haha.... Wah....Bunganya mati semua, bukan karena dimasak loh ya tapi pas waktu itu musim hujan dan bunga matahari gak boleh keseringan kena air. Sad story....

Gosong !? Kelamaan masaknya.
Kecewa, akhirnya gue lanjutkan aja perjalanan ke goa Selomangleng. Dalam perjalanan ini ada universitas Kediri loh. Mau kuliah ? Gak kok, cerita doang. Cuss lanjut ceritanya. Waktu mendengar goa Selomangleng pikiran gue waktu itu goa yang bisa dimasuki dan menjelajah ke dalam, ternyata ini bukan sekedar goa tapi kawasan goa. Beda loh ya ! Soalnya di sini ada kolam renang, panggung kesenian, bahkan museum Airlangga yang menyimpan koleksi seni jaman batu.

Mampir mau kuliah.
Cuss.... tujuan pertama gue jelas museum Airlangga dulu, di sini kita dapat menyaksikan banyak penemuan arkeologi dan arca batu jaman Mataram Hindu, dengan merogoh kocek seribu rupiah kita sudah bisa masuk menyaksikan peninggalan kuno. Di depan pintu masuk diberi arca penjaga pada kanan dan kiri pintu. Tulisan museum Airlangga dibuat dari kayu dan ditempel di depan pintu masuk. Dalam museum ini banyak peninggalan kuno seperti arca berukuran besar, yoni, Samsu** S8, TV 32 inch.... Ngawur !? Pokoke banyak deh, kurang begitu paham tentang peninggalan sejarah. Pokoknya bagi pecinta sejarah cocok banget untuk datang ke museum ini. Penasaran sama arca batu dan peninggalan lainnya ? Klik link ini Museum Airlangga.

Selfie sama batu soalnya jomblo.
Setelah puas berkeliling museum, gue lanjutkan menuju ke goa Selomangleng. Penamaan goa ini berasal dari Selo artinya batu dan Mangleng artinya menggantung. Ternyata goa ini cukup kecil dan hanya bisa dimasuki sekitar 10 orang, itu pun kita desak-desakan. Konstruksi goa ini tidak terlalu menjorok ke dalam sehingga memudahkan orang yang ingin melihat ke dalam. Dalam ketenangan cahaya matahari kita bisa melihat ukiran relief di sekitar dinding goa. Goa ini terbagi menjadi 3 bagian, sebelah kanan digunakan untuk meletakan sesaji dan dupa sedangkan sebelah kiri digunakan dewi Kilisuci di untuk bertapa. Aroma sesaji dan dupa ini membuat suasana sekitar goa menjadi mistis, sehingga ada juga pengunjung yang takut masuk ke goa loh !? Kita juga bisa memutar naik ke atas goa ini, tapi gak ada apa-apa cuman ada muda-mudi yang pacaran. Bikin jomblo baper aja nih.....

Kawasan Goa Selomangleng
Puas melihat goa Selomangleng, saat mau pulang ternyata sudah banyak orang berkumpul di panggung pertunjukan. Gue coba ikut liat karena penasaran. Pertunjukan ini dinamakan Mayangkoro Original, dan diadakan setiap hari Minggu ya. Bercerita mengenai dewi Kilisuci. Sopo iku ? Dewi Kilisuci ini keturunan dari raja Airlangga, yang puanjang ceritanya sampai ada sangkut pautnya dengan berdirinya kerajaan Kediri dan Jenggala, bla bla bla.... dan seterusnya, baca internet ya. Memang goa Selomangleng erat kaitannya dengan dewi Kilisuci karena konon di tempat ini dewi Kilisuci bertapa. Makanya di depan pintu masuk ada patung dewi Kilisuci.

Cukup dulu sejarahnya ya, saat asyiknya nonton Mayangkoro Original, hujan deras turun. Bres !!! Hujan angin sisan. Para penonton segera buyar, gue untungnya bawa payung, sebelum pertunjukan berakhir gue segera beranjak pulang. Setelah nunggu lama kok gak ada lyn lewat, gue tanya warga setempat. "Kalo sudah sore lyn nya jarang ada maksimal pukul 16.00". Matek kon ! Akhirnya gue jalan kaki lagi sampai lampu merah sambil sesekali berlindung dari hujan deras. Oh ya klik disini yang mau nonton Mayangkoro Original.

Tak berapa lama bis jurusan Bungurasih datang. Full bisnya ! Overload bis tapi mau gak mau tetap naik. Well, untungnya sampai di Kertosono gue bisa duduk. Memang perjalanan gue agak sedikit gila dan kadang tulisannya gak jelas, tapi inilah pengalaman gue. Semoga bisa terus ketemu di post selanjutnya. Adios my friend......


Salam Travel,
N.B Jangan lupa nonton video gue dan di subscribe ya. Author telat update karena kemarin lagi stres dan koneksi internet gue lemotnya minta ampun. Sampe ketiduran dan masih belum selesai upload.

17.5.17

New Destination in Jember


Why always talking about Jember ? Soalnya gue berasal dari kota kecil, kota Jember. Meskipun Jember merupakan kota kecil, namun banyak wisata yang bisa dikunjungi. Post kali ini merupakan pengalaman gue saat mencari wisata unik di Jember.
Pas gue cari-cari tempat wisata di Jember banyak bermunculan pantai Watu Ulo dan Papuma. Boring !? Sudah sering ke sana. Akhirnya gue nemu wisata loko antik milik PG Semboro. Dikarenakan info yang didapat dari internet tidak terlalu banyak, ya akhirnya gue putuskan untuk pergi aja. Dari arah Jember kota, bisa ngikutin ke arah kecamatan Tanggul, dari sini belok kiri dekat lampu merah alun-alun hingga menuju Semboro. Boleh ditemani oleh google map ya.
Setelah sampai PG Semboro, gue bingung "Iki nang di kretone ?". Akhirnya tanya satpam yang jaga. Dan ternyata jeng...jeng....jeng... gue dapat undian berhadiah. Lol !? Dikarenakan kurang info jadinya gak tau apa-apa, ternyata loko antik ini memang digunakan sebagai wisata untuk berkeliling sekitar PG Semboro tapi hanya pas liburan saja, pas ramai pengunjung atau rombongan wisata yang memang sudah ada janji. Jadinya disarankan kembali lagi pas liburan hari raya Idul Fitri. Ya udah deh ! Gagal !

Loko antik depan PG
Daripada gak kemana-mana akhirnya gue ke air terjun Antrokan Manggisan yang ada di desa Manggisan kecamatan Tanggul, mumpung dekat sekalian. Perjalanan menempuh waktu sekitar 30 menit masuk ke dalam pedesaan dan jalannya masih tanah. Iyalah, wisata di Indonesia akses jalannya memang perlu diperbaiki. Sepeda motor diwajibkan untuk diparkir di rumah warga dikarenakan jalan yang akan dilalui sudah agak sulit, hanya bayar 3 ribu kok. Dari sini dilanjutkan dengan jalan kaki, perjalanan ditempuh kurang lebih 15 menit dan sampailah pada yang saat berbahagia dengan selamat sentosa, menghantarkan rakyat Indonesia..... Wew !? Emangnya pembukaan UUD 1945 ?

Mempersembahkan sawah ladang..

Sejuknya udara pedesaan
Air terjun ini tidak boleh dipandang sebelah mata, jika sudah pernah mengunjunginya maka anda akan takjub dengan keindahannya. Banyak pepohonan dan diiringi suara gemuruh air yang jatuh membuat hati tenang, memang masih belum banyak wisatawan yang ke sini mungkin dikarenakan akses jalan yang belum dikelola dengan baik.

Pedesaan sekitar air terjun

Setelah menghabiskan waktu bersantai di air terjun, saatnya untuk mengisi perut. Edisi kuliner pilihan gue untuk post kali ini jatuh ke burung dara goreng yang terletak di desa Pecoro kecamatan Rambipuji. Gak jauh-jauh kok di pinggir jalan raya loh. Ini depot langganan gue sejak kecil.

Burung dara goyeng, uenak...
Memang wisata alam layak untuk dikunjungi, tapi jangan lupa tempat wisata yang ada untuk dijaga dan jangan dikotori maupun dicorat-coret. See you on the next post dalam pengalaman gila gue yang selanjutnya.


Salam Travel,
N.B Jangan lupa nonton video perjalanan gue di link berikut Air Terjun Antrokan Manggisan

16.5.17

Jakarta In One Day !?


"Fill your life with adventures, not things. Have stories to tell not stuff to show". 
Hai sobat cireng, hari ini gue awali dengan quotes sederhana. Simple namun memberi makna yang berarti. By the way, hari ini official gue buat posting logo asli buatan sendiri. Gimana !? Bagus kan !? Proud with myself (sombong nih authornya), haha... masih butuh banyak perbaikan kok untuk blog ini, tapi gue selangkah lebih maju.
Well, kali ini gue mau cerita mengenai pengalaman gue waktu ke Jakarta sendirian. Waktu itu, pas lagi rame-ramenya pemilihan gubernur DKI Jakarta, entah kepikiran apa gue kepengin banget untuk pergi "merantau" ke Jakarta. Akhirnya nekat sendiri, berangkat pukul 21.00 dari stasiun Pasar Turi Surabaya dengan kereta api Kertajaya menuju stasiun Pasar Senen. Waktu yang ditempuh itu 11 jam 30 menit. Wah !? Sumpah bosen banget dalam kereta. Sesekali gue juga harus mengistirahatkan diri, coba kalo gak sampe di Jakarta sudah pingsan megap-megap. Meskipun kurang nyaman tidur dalam posisi duduk, tapi mau gak mau gue tetap harus bisa tidur.

Naik kereta api tut tut tut .....
Sesampainya di stasiun Pasar Senen sekitar pukul 08.30. Berhasil sampai tepat waktu gue putuskan untuk mengikuti rencana gue, yaitu menuju kota tua. Dari stasiun bisa jalan sedikit ke arah pintu masuk, hingga sampai ke terminal lyn dan bus mini. Bisa naik bis kopaja atau lyn 12 ke arah kota dengan tarif 5 rebu. Jujur baru pertama naik angkot kota Jakarta dan bener info dari internet, bahwa "hanya Tuhan yang tahu ke mana supir angkot berbelok". Kok bisa ? Iyalah soalnya ini angkot menurut gue muter-muter masuk perkampungan sedangkan gue yang buka google map bingung sendiri. Perjalanan ini menempuh 1 jam sendiri padahal kalo langsung jalan raya hanya 30 menit. Gila kan !? Setelah sampai pun supir angkot minta tambah seribu, gue bilang aja gak ada uang kecil. Sorry ya bang !?

Alun-alun Fatahillah

Tengah kota tua

Naik delman ?
Pemandangan kota tua di sini masih mengingatkan gue akan jaman Belanda dulu. Masih banyak dijumpai bangunan-bangunan kuno. Yang biasa menarik minat wisatawan ialah alun-alun Fatahillah yang menjadi pusat kota tua ini. Di sini banyak kegiatan menarik selain selfie tentunya, seperti bersepeda dan mengunjungi museum Fatahillah. Tapi sayang museum pada saat itu tutup. Sedih deh !? Setelah puas berkeliling di kota tua saatnya untuk mengisi perut. Sekitar kota tua banyak orang yang berjualan makanan lesehan, seperti mie (gak tau namanya) yang dihargai 10 ribu per porsi. Lumayan bisa mengganjal perut.

Makan sambil selfie
Perjalanan gue lanjutkan dengan go-jek. Kenapa ? Soalnya ragu mau naik angkot lagi sedangkan sore nanti gue sudah harus pulang dan daripada dapet harga mahal untuk ojek biasa, ya akhirnya pesan go-jek aja. Akhirnya merogoh kocek lebih, haha... untuk bisa sampai ke tanah abang dari kota tua harus merogoh kocek 15 rebu.Waktu ditanya mau diturunkan di mana, gue jawab aja tanah abang. Supir gojeknya bingung !? Soalnya tanah abang itu besar dan dibagi jadi beberapa blok dari blok A-G. Gue bingung juga, gue pikir tanah abang itu kayak pasar baju, ternyata besar banget. Akhirnya gue diturunkan deh di blok F. Haha.... Ternyata pasar tanah abang itu seperti pasar tradisional yang menjual pakaian dengan harga murah. Memang sih di kota besar seperti Jakarta, harga murah sering dicari. Gue disini bukan untuk belanja cuman sekedar penasaran doang. Banyak pedagang mengeluarkan jurus jitu mereka dengan memberi diskon-diskon. Rame pokoknya. Gue juga sempat mampir di warung soto betawi loh. Nyobain soto khas betawi ini sedikit beda, dengan kuah yang kental dan isian jeroan. Wuih ! Nikmat !
Tanah abang yok shopping
Lezatnya... Khas Tanah Abang
Gue gak lama-lama untuk membuang waktu di tanah abang, gue langsung tancap ke tujuan terakhir  yaitu Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dari sini ke TMII agak jauh, harus mau keluar duit. Biaya gojek sekitar 40 ribu. Bisa naik angkutan umum tapi jelas bagi yang luar Jakarta gak tahu apa apa, apalagi belum kalo angkotnya lama ngetem dll. Ya weslah keluarin duit setitik ora opo opo. TMII ini memang seperti miniatur Indonesia, ya iyalah namanya juga Taman Mini Indonesia Indah. Pertama gue mencoba kereta gantung dan menyaksikan TMII dari atas. Setelah itu, gue jalan keliling TMII dari Sabang sampai Merauke. Haha.... lumayan capek loh keliling komplek TMII. Gue gak sempat masuk untuk main wahana permainan, cuman sekedar selfie doang. Sekitar jam 3 sore gue segera balik ke arah Pasar Senen ternyata gue ketinggalan kereta, dan kereta selanjutnya berangkat jam 6 sore.

Naik cable car


Berapa banyak selfie gue ???
Butuh perjuangan juga, dari Pasar Senen gue naik bis kopaja arah Lebak Bulus dan turun di stasiun Gambir. Mumpung di Gambir, sekalian dekat dengan Monas. Pas mau ke Monas eh ternyata ditutup karena ada pilkada DKI Jakarta. Haha.... salah pilih tanggal, sial bener. Well, gue foto dari balik pagar aja. Sambil nunggu pukul 18.00 gue sempatkan makan malam dulu. Info ya baru kali ini gue naik kereta api bisnis, dikasih selimut dan kaki bisa selonjoran hahaha.... enak ya, coba kalo ekonomi sempit tempat duduknya.

Napa tutup ? Sedih ....
Bisa selonjoran, yey....
Perjalanan Jakarta-Surabaya lama bener, sampe di Surabaya pukul 05.30 langsung berangkat kerja, dan untungnya gak telat. Gila !? Gak tepar tuh !? Pas iku kerja agak nge-fly titik. Wes pokoke pengalaman gue emang agak gila, tapi tanpa adanya pengalaman kita gak akan punya pembelajaran dalam hidup. Merasa bijak gue sekarang. Semoga masih terus bisa ketemu gue di post selanjutnya ya...... Bye....

Monumen dekat Pasar Senen

Salam Travel,
N.B "Pengalaman adalah guru yang kejam, tapi anda akan belajar lebih cepat." Banyak video tapi kehapus semua, tonton di instagram gue ya.
Linknya di sini Cino Ireng agak scroll ke bawah yah.

15.5.17

Pesona Bukit Mentari SJ 88



Hai sobat cireng, nih gue baru kepikiran nama bagi readers blog gue. Biar tambah kekinian dikit lah. So... langsung nih ceritanya, waktu kemarin gue balik ke Jember.

Pesona kabupaten Jember seakan tidak ada habisnya. Habis kemarin teluk love sekarang ada yang namanya bukit mentari SJ 88. What ??? Apaan tuh ? Nama SJ 88 sendiri berasal dari nama daerah tersebut. Jadi gini.... S = Sucopangepok (sebuah desa), J = Jelbuk (nama kecamatan) dan 88 = karena berada di ketinggian 880 mdpl. Meski bisa dibilang tidak terlalu tinggi, tapi bukit SJ 88 layak untuk didaki. Apalagi bagi pecinta sunrise, wow !? Pemandangan yang tak ada duanya deh !?
Pengalaman gue berangkat dari Jember pukul 10.00 pagi. Dari arah kota ikutin arah menuju Arjasa atau Bondowoso. Dari sini tinggal lurus terus hingga sampai ke kecamatan Jelbuk. Setelah sampai di kecamatan Jelbuk perhatikan kiri jalan ya. Ada Monumen Mastrip buat ancer-ancer berbelok. Pas setelah monumen beloklah ke kiri (ada petunjuk cat putih di jalan raya). Kalo berhasil belok, berarti tinggal lurus terus ikutin jalan tanpa belak-belok lagi. Kalo ragu boleh buka google map atau tanya warga sekitar. Jalan yang ditempuh "agak sedikit lumayan rusak". Bingung toh !? Hm... jadi jalannya itu kadang rusak kadang bagus, gak selamanya jalan desa itu rusak. Apa sih !?

Ini loh monumennya...
Kurang lebih 2 km akan tiba di desa Sucopangepok, well dari sini masih lurus terus. Nanti ada jalan yang bercabang, beloklah ke arah kanan ke arah balai desa. Disitulah tempat penitipan kendaraan. Sebenarnya kemarin sudah ada jalan mendaki sehingga sepeda motor bisa naik sedikit (biar gak capek mendaki), tapi daripada parkir tengah hutan, menghindari hal-hal gaib (opo seh !?) mending saran gue diparkir di balai desa. Hanya merogoh kocek 5 rebu, sepeda motor bisa ditinggal beserta helm. Dari situ coba tanya tukang parkir arah menuju ke SJ 88. Siap-siap bawa air minum soalnya lumayan menanjak bukitnya.

Tempat penitipan sepeda motor
Dari arah parkir gue disuruh menuju ke perkarangan warga. Lewat rumah-rumah hingga ada pohon pisang, belok ke kanan ya. Sampai di jalan raya bisa ada 2 jalan. Yang pertama belok kiri (ada petunjuk arah) jalannya agak nanjak tapi lebih cepat. Yang kedua dari jalan raya belok kanan hingga sampai ke tandon air, ada jalan masuk hutan (belum ada petunjuk arah), jalan yang ditempuh agak memutar tapi tidak menanjak seperti jalan pertama. Biasanya sepeda motor masuk lewat sini bisa, karena memang rencana dari pihak Perhutani untuk membuat jalan yang bisa dilalui. Tapi sayangnya masih belum selesai, masih dapat setengah jalan. Jalan mana yang engkau pilih aku akan tetap setia !? Opo seh mesti authornya alay. 
Waktu yang ditempuh untuk mendaki sambil beristirahat hampir sama untuk kedua jalan yaitu sekitar 45 menit. Jangan buru-buru tenang aja, puncaknya gak kemana-mana kok. Teruslah mendaki hingga sampai di pos penjagaan. Di sini ditarik karcis untuk masuk sebesar 5 rebu lagi, yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki tempat wisata ini loh. Gue sempat kepo and interview penjaganya. Menurut penjaga di sana, tempat ini masih dalam perbaikan. Akan diberi rumah pohon dan akan dibuatkan jalan untuk sepeda motor. Nanti juga akan dibangun musholla dan kamar mandi loh. Mungkin masih butuh waktu 2 bulan lagi, rencana akan selesai saat lebaran hari raya. Ditunggu aja !? Dari pihak Perhutani juga ada rencana untuk meningkatkan wisata SJ 88 jadi bukan hanya sekedar tempat untuk berfoto tapi akan dikembangkan sebagai wisata paralayang. Wow !? Patut dinanti ya Jember untuk menjadi destinasi wisata Indonesia.

Galau di pos jaga
Kesan pertama gue waktu sampai di puncak SJ 88, "Kok akeh watune ? Gedhe-gedhe pisan". Awalnya ragu akhirnya dicoba aja mendaki. Dari atas sini terlihat pemandangan kota Jember begitu indah, rumahnya jadi kecil-kecil ya. Banyak spot bagus untuk selfie loh !? Harus berani dulu soalnya naik di atas batu untuk dapet spot foto yang kece. Kalo gak memacu adrenalin rugi ya jauh-jauh mendaki.

Spot selfie
Yang gue sayang, pas gue kesana. Ada orang yang gak bertanggung jawab dan corat-coret batu yang menjadi spot wisata ini. Tapi untungnya petugas segera bertindak, remaja tukang vandalism ini disuruh untuk membersihkan coretan mereka. Kapok !? Pengunjung disini bukan hanya berasal dari sekitar Jember tapi juga ada yang jauh-jauh dari Banyuwangi loh. Mungkin destinasi wisata SJ 88 mulai banyak dikenal masyarakat ya.

Menatap keindahan kotaku

Sekian dulu deh perjumpaan kita kali ini. Akhir kata, gue ingin memberi masukan agar spot wisata ini harus terus dijaga dan dilestarikan ya, jangan dikotori maupun dirusak. Semoga Jember kotaku bisa menjadi destinasi wisata baru bagi Indonesia ya.

Vandalism aman, kena hujan hilang

Salam Travel,
N.B pesona bukit SJ 88 akan lebih menarik saat sunrise loh. Jangan lupa klik di sini untuk video Bukit SJ 88

14.5.17

Menuju Surga Tersembunyi Jember



Hai, sobat pembaca yang paling gue cintai. Kali ini gue mau bahas mengenai pengalaman paling nekat gue saat menuju Pantai Bandealit Jember. Pantai Bandealit merupakan pantai yang terletak di dekat perbatasan Banyuwangi - Jember dan track yang harus dilalui itu huh.... naik-turun gunung dulu. Bisa dikatakan pengalaman gue ini yah nekat + gila.
Waktu gue denger pertama kali tentang pantai Bandealit saat gue masih SMA. Katanya tempatnya bagus karena jarang terjamah oleh wisatawan dengan track yang off road naik-turun gunung. Well, akhirnya baru kesampaian ke pantai Bandealit bulan Maret kemarin. Pas waktu itu gue masih belum punya motor yang bagus adanya motor lama 2 tak, lah gue ngajakin Papa gue untuk berangkat ke pantai Bandealit. Papa gue setuju aja haha.... Kita berangkat pukul 08.30 pagi naik sepeda motor lama yang suaranya bising banget, bikin satu RT greget. Tiba di kawasan Meru Betiru sekitar pukul 10.30, ada seperti pos penjaga. Kalo mobil harus ijin tapi kalo sepeda motor langsung ngibrit aje ora opo-opo. Waktu liat medan jalan yang penuh BATU-BATU + jalan nanjak gue udah ragu pengen balik aja. Tapi Papa gue sudah terlanjur kepengin terus aja. Akhirnya kita terus, sering sepeda motor gak kuat nanjak dan gue harus turun dorong sepeda. Wew !? Di tengah perjalaan kita ketemu warga desa yang nyari rumput, kita kepo aja tanya-tanya jauh atau gak lokasi pantai Bandealit. Lumayanlah sekitar 20 km lagi gila..... Dia berpesan kalo udah tengah jalan dan jalannya turun, dari situ jalannya lebih parah daripada waktu nanjak.

Air terjun dalam perjalanan

Sesampainya di tengah-tengah ada pos penjagaan lagi. Dari sini jalannya sudah mulai turun, tapi PARAH lebih PARAH dari yang pertama. Batunya lebih besar dan banyak jeglongan. Sekarang kalo gue pikir-pikir kok bisa ya gue terus lanjut (geleng-geleng sendiri waktu nulis ini). Sering gue turun karena turunan yang curam dan batu-batu besar sehingga gue seperti hiking aja. Bagi yang sudah lambaikan tangan boleh istirahat sejenak, di sini ada air terjun mini juga ada kawasan bunga Raflessia loh. Tapi pas gue cari kok gak ada bunganya yah. Mungkin belum musim berbunga !?

Ada kawasan bunga Raflesia juga
Sudah 3 jam kita naik-turun gunung. Akhirnya sampai di desa Bandealit, huh lega.... Kita isi bensin dan segera melanjutkan perjalanan karena masih sekitar 2 km ke arah pantai. Meskipun jalannya bukan batu-batu tapi di sini juga perlu hati-hati karena jalan tanah yang becek bisa jadi LICIN !!!
Lega banget gue bisa sampai pantai Bandealit. Syukur banget..... Pantai Bandealit ini masih jarang wisatawan sehingga masih terjaga kealamiannya. Masih bersih dan tenang dari para perusak alam. Pantai ini juga terdapat sungai yang mengalir langsung ke arah laut, dan sering digunakan untuk anak-anak bermain air (karena ombak laut selatan besar). Sore hari juga banyak aktifitas nelayan yang mulai ke kapal untuk bersiap-siap mengambil jaring yang mereka tinggalkan di laut lepas. Hanya 45 menit gue bisa menikmati keindahan pantai Bandealit, karena takut kesorean akhirnya pukul 15.00 kita udah balik Jember.

Rugi kalo gak foto ya....

Perjalanan pulang ini juga terasa berat bahkan lebih berat lagi. Kenapa ? Soalnya waktu naik-turun gunung, kita diserang hujan. Gila.... Sesekali gue sering dorong sepeda motor dan sering kepeleset. Untungnya sepeda lama 2 tak ini tergolong sepeda motor yang kuat ya. Salut !!! Sampai di pos penjagaan Meru Betiru yang pertama sudah maghrib pukul 17.30. Untunglah pas turun gunung pas hari mulai gelap. Kita bersiap-siap dan berangkat mengikuti jalan raya hingga tembus lampu merah perempatan Ambulu. Dari situ arah kota Jember kurang lebih menempuh waktu 1 jam lagi. Sesampainya di rumah pukul 20.30 badan gue capek dan pegel, Papa gue kakinya bengkak karena ketatap. 
Well, kalo diinget itu kemarin pengalaman yang nekat banget. Meskipun begitu ini pengalaman yang GAK AKAN TERLUPAKAN, haha... Tapi keindahan Pantai Bandealit yang belum terjamah tangan-tangan "Jahil" masih worth it untuk dikunjungi. Hanya satu hal yang harus diperhatikan dan diawasi, banyak larangan berburu di kawasan Meru Betiru, tetapi masih banyak gue ketemu pemburu di sekitar kawasan tersebut. Kawasan yang harusnya dilindungi harus bisa terus kita jaga dan lestarikan.


Salam Travel,
N.B Kalo ditanya kapan mau balik Pantai Bandealit ??? Mungkin 20 tahun lagi waktu sudah dibangun jalan raya yang bagus haha....